WELCOME TO BLOG HMJ ADMINISTRASI BISNIS POLNES

Rabu, 12 November 2014

IQRA’... BACALAH...!


  Muhammad diangkat Allah menjadi Nabi di usia 40 tahun.  Namun sebelumnya ia telah melakukan ibadah dalam bentuk merenung, berpikir dan berijtihad tentang kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta.  Tentu saja hanya sebatas yang dapat dijangkau oleh akal pikirannya.

Telah menjadi kebiasaan orang Arab pada masa itu, pada masa itu, para ahli pikir seringkali melakukan khalwat setiap tahun atau pada waktu-waktu tertentu.  Berkhalwat adalah menjauhkan diri dari khalayak ramai dan merenung di sebuah tempat yang demikian itu disebut tahannuts (bersemedi).

Muhammad seringkali bertahannuts atau berkhalwat untuk beribadah, yakni dengan perenungan, tafakur dan berijtihad.  Tempat ang dipilihnya adalah sebuah goa di wilayah gunung Hira.  Orang lebih suka menyebutnya Goa Hira saja.

Seperti biasanya Muhammad tak pernah menyia-nyiakan kesempatan di bulan Ramadhan.  Setiap bulan itu, ia menghabiskan waktunya untuk bertahannuts di goa tersebut.  Tinggal di sana begitu lama dengan bekal yang tidak terlalu banyak.  Dalam kesendirian bebas dari keramaian, ia tekun merenung dan beribadah.  Ini dilakkukan semata-mata untuk mencari kebenaran.  Kalau sudah berkhalwat seperti itu, ia benar-benar lupa akan dirinya sendiri, lupa makan dan lupa segala nafsu serta keinginan.  Bahkan tak lagi tertarik dengan duniawi.

Mengapa ia melakukan khalwat seperti itu? Muhammad sadar bahwa kebenaran yang didambakan tidak dapat ditemukan dalam cerita-cerita yang disampaikan kaum pendeta atau ditulis dari tangan para rahib. Baginya, kebenaran hanya dapat dicapai di alam wujud dan seisinya, seperti menyaksikan langit dan bintang gemintang di sana, bulan dan matahari berputar teratur.  Di mana pada saat-saat tertentu tampak hanya akan didapat dari balik kebesaran ciptaan itu.  Ia harus mencari rahasia-rahasia di balik alam yang disaksikannya, direnungkan dan dipikirkannya.

Berkhalwat sudah menjadi bagian hidup Muhammad.  Dalam keheningan ia mencari-cari jalan hidayat.  Di dalam merenung ia mencari jalan untuk menemukan kebahagiaan bagi semua orang, yakni untuk mengeluarkan mereka dari kebathilan berlarut-larut.  Semua itu dilakukannya bukan untuk menjadikan dirinya sebagai dukun atau ahli nujum.

Jika bulan Ramadhan telah berlalu, ia kembali ke tengah-tengah keluarganya untuk melanjukan rutinitas kehidupannya.  Ternyata kebiasaan berkhalwat semakin membuat akhlak Muhammad menjadi lemah lembut dan meningkatkan cinta kasihnya kepada sesama, lebih-lebih kepada yang lemah.  Kerendahan hati Muhammad membuat orang lain jadi terpukau.  Maka tidaklah heran jika masyarakat Mekkah menghormatinya.

Meskipun Muhammad termasuk keluarga terhormat dan kaya –karena beristri khadijah- tetapi sama sekali ia tidaklah sombong.  Ia tidak membatasi diri dalam pergaulan.  Terhadap orang kecil dan miskin, ia mau bertegur sapa.  Biasanya, ia mendahului mengucapkan salam pada setiap orang berpapasan jalan dengannya.  Kepada yang tua ia memberi hormat dan santun, kepada yang muda dan kecil ia lembut berkasih sayang.
Muhammad telah mencapai usia 14 tahun.  Jiwanya cukup matang.  Ibarat padi, semakin tua semakin berisi, semakin berisi semakin merunduk.  Itulah Muhammad.

Diusia inilah Allah mengetahui bahwa Muhammad telah siap dan sanggup mengemban tugas-tugas yang berat dan mulia.

Suatu ketika datanglah bulan Ramadhan kembali.  Seperti biasanya, Muhammad meninggalkan keluarganya.  Ia berbekal seadanya menuju Goa Hira untuk berkhalwat.

Kakinya terus melangkah, meuju ke luar kota Mekkah ke arah timur.  Kurang lebih tiga mil dari Mekkah terdapat sebuah gunung.  Di gunung itu terdapat sebuah goa.  Dari jauh ia telah menatapp gunung yang tegak kokoh. Tak ada tanaman apa pun yang tumbuh di sana.  Seluruh pemandangan yang tampak hanyalah bebatuan.  Tempat itu jarang didatangi orang.

Untuk mencapai puncak bukit itu, Muhammad harus menempuh perjalanan yang sulit.  selama dua jam ia mendaki dengan susah payah.  di puncak itu sangat sunyi.  sunyi sekali.  yang terdengar hanyalah desran angin, kadang-kadang senyap sama sekali.

Muhammad berdiri memndang alam sekitarnya.  betapa agung sang pencipta yang menciptakan segala keindahan.